Artikel

Kerajaan Galuh, Jejak Legenda Sunda Purba

Di jantung Pulau Jawa, terhampar kisah kejayaan masa lampau yang menggema hingga kini. Salah satunya adalah Kerajaan Galuh, sebuah entitas politik dan budaya yang pernah berjaya di antara Sungai Citarum dan Sungai Cisarayu.

Artikel ini mengajak Anda menyelami kedalaman sejarahnya, menyingkap peninggalan yang berbicara bisu, dan memahami peradaban yang menjadi warisan Sunda Purba.

Dari Galuh Purba hingga Era Kejayaan

Asal-usul Kerajaan Galuh diselimuti kabut waktu. Beberapa sumber menyebutkan Galuh Purba sebagai cikal bakalnya, didirikan sekitar abad ke-1 Masehi.

Kerajaan ini diyakini didirikan oleh Ratu Galuh dan memiliki beberapa pusat kekuasaan, seperti Medang Gili dan Medang Kamulan.

Namun, keberadaan Galuh Purba masih menjadi perdebatan di kalangan sejarahwan.

Beralih ke abad ke-7, masa pemerintahan Wretikandayun (612-702 M) menandai kelahiran Kerajaan Galuh yang lebih dikenal.

Dengan pusat pemerintahan di Kawali (Ciamis), Galuh berkembang menjadi entitas yang kuat.

Bercorak Hindu, kerajaan ini dikenal dengan sistem pembagian wilayah yang efisien, struktur pemerintahan yang tertata, dan hubungan perdagangan yang aktif.

Dinamika Politik Kerajaan Galuh

Sejarah Kerajaan Galuh diwarnai dengan dinamika politik yang kompleks. Persaingan dengan saudaranya, Kerajaan Sunda, kerap mewarnai perjalanan kedua entitas ini.

Perebutan kekuasaan, perang saudara, hingga upaya damai menjadi catatan penting dalam sejarah mereka.

Namun, kedua kerajaan ini juga saling bahu-membahu menghadapi ancaman eksternal, seperti Kerajaan Mataram Kuno.

Pada abad ke-8, Raja Sanjaya (732-739 M) berhasil menyatukan Galuh dan Sunda. Periode ini menandai berdirinya Kerajaan Sunda Galuh, yang kemudian lebih dikenal sebagai Kerajaan Pajajaran.

Kepemimpinan Sanjaya membawa kemasyhuran bagi kerajaan ini, ditandai dengan ekspansi wilayah, kemajuan ekonomi, dan perkembangan seni budaya.

Mengungkap Kejayaan Masa Lalu

Meski Kerajaan Galuh telah tiada, jejak-jejak kejayaannya masih dapat ditemukan hingga kini.

Situs-situs purbakala seperti Candi Cangkuang, Candi Bojongmengger, dan Makam Pangeran Ciung Wanara menjadi saksi bisu kemegahan masa lalu.

Prasasti Cangkuang dan Prasasti Galuh Cibadak memberikan bukti tertulis mengenai sejarah, pemerintahan, dan kehidupan sosial masyarakat Galuh.

Selain itu, artefak-artefak yang ditemukan di situs-situs tersebut, seperti arca, keramik, dan peralatan rumah tangga, memberikan gambaran mengenai seni, teknologi, dan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Warisan Abadi Kerajaan Galuh

Kerajaan Galuh meninggalkan warisan budaya yang hingga kini terus dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakat Sunda.

Seni tari Jaipong, dengan gerakan dinamis dan iringan musik yang rancak, dipercaya terinspirasi dari semangat para pendekar Kerajaan Galuh.

Wayang Golek, dengan tokoh ikonik seperti Semar, Gareng, dan Petruk, juga diyakini memiliki akar historis pada masa Kerajaan Galuh.

Cerita-cerita yang dipertontonkan seringkali mengandung nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang relevan hingga saat ini.

Selain itu, kain batik dengan motif khas Ciamis, seperti Kawung dan Parakan, menjadi warisan seni yang indah dan bermakna.

Motif-motif ini dipercaya memiliki makna filosofis dan spiritual yang terkait dengan kepercayaan masyarakat Galuh.

Peradaban yang Menginspirasi

Kerajaan Galuh bukan sekadar catatan sejarah belaka. Peradaban yang dibangunnya menawarkan pelajaran berharga yang layak dipetik.

Sistem pemerintahan yang tertata, semangat persatuan dan kesatuan, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi nilai-nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini.

Selain itu, penghargaan terhadap seni budaya dan kearifan lokal menjadi warisan yang perlu terus dijaga.

Dengan memahami dan melestarikan warisan Kerajaan Galuh, kita dapat memperkuat identitas budaya dan membangun masa depan yang lebih baik.

Berita / Artikel Terkait