ArtikelBeritaJabarRegional

Carita Parahyangan, Jendela Sejarah Tanah Sunda

Bagi masyarakat Sunda, Carita Parahyangan bagaikan harta karun tak ternilai. Naskah kuno yang ditulis pada akhir abad ke-16 ini bukan sekadar cerita rakyat.

Melainkan, jendela yang menuntun kita menjelajahi lorong waktu, menguak sejarah panjang Tanah Sunda yang gemilang.

Di balik goresan aksara Sunda Kuno yang menawan, Carita Parahyangan membentangkan kisah tentang dua kerajaan besar: Kadatuan Galuh dan Kadatuan Pakuan.

Dimulai dari era keemasan Galuh di bawah kepemimpinan Wretikandayun, naskah ini mengantarkan kita pada kisah-kisah heroik para raja, pertempuran sengit, dan intrik politik yang mewarnai perjalanan sejarah.

Perjalanan berlanjut ke Pakuan Pajajaran, ibukota Sunda yang gemilang.

Naskah ini menyingkap kisah kejayaan Pakuan di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, raja Sunda yang masyhur dengan kebijaksanaan dan kegagahannya.

Era ini diwarnai kemajuan dalam berbagai bidang, mulai dari perdagangan, seni budaya, hingga pembangunan infrastruktur.

Namun, roda takdir terus berputar. Carita Parahyangan tak hanya menceritakan kejayaan, tetapi juga tragedi yang menimpa Tanah Sunda.

Invasi dari Kesultanan Banten, Cirebon, dan Demak menandai keruntuhan Pakuan Pajajaran.

Naskah ini menjadi saksi bisu pergolakan politik dan peperangan yang mengantarkan Sunda pada lembaran sejarah baru.

Lebih dari sekadar kisah sejarah, Carita Parahyangan menawarkan nilai-nilai luhur yang patut diteladani.

Naskah ini sarat dengan ajaran tentang kepemimpinan, moralitas, dan kearifan lokal.

Nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kesetiaan tertanam kuat dalam kisah-kisah para raja dan rakyat Sunda.

Melestarikan dan mempelajari Carita Parahyangan bukan hanya tugas masyarakat Sunda, tetapi juga bangsa Indonesia.

Naskah ini menjadi bukti kekayaan budaya dan sejarah bangsa yang tak ternilai. Upaya pelestariannya dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti:

  • Menelusuri Jejak Sejarah: Mengunjungi situs-situs bersejarah yang terkait dengan kisah-kisah dalam Carita Parahyangan, seperti Candi Cangkuang, Candi Batujaya, dan Keraton Pakuan Pajajaran.
  • Mempelajari Aksara Sunda Kuno: Memahami aksara Sunda Kuno membuka pintu untuk membaca dan memahami Carita Parahyangan secara langsung.
  • Menyaksikan Seni Budaya Sunda: Menikmati pertunjukan seni budaya Sunda yang terinspirasi dari kisah-kisah dalam Carita Parahyangan, seperti wayang golek, jaipong, dan tari topeng.

Carita Parahyangan bukan sekadar cerita masa lampau, tetapi sumber inspirasi dan panduan untuk masa depan.

Mari kita lestarikan dan pelajari naskah pusaka ini, agar nilai-nilai luhur dan semangat para leluhur Sunda dapat terus menerangi perjalanan bangsa.

Berita / Artikel Terkait